Mengais Rezeki, Berharap Uluran Tangan Orang
15.23 |
Diposting oleh
Dwi Ningsih Andryani |
Edit Entri
Media Alkhairaat
Palu - Warga kelurahan Donggala Kodi Dusun Kalora Idona (46) bersama anaknya Sali (20) dan sejumlah masyarakat Kalora lainnya tampak duduk manis di trotoar lampu merah pertokoan jalan Hasanuddin, menunggu uluran tangan dan belas kasihan pengguna jalan yang melintas untuk memberikan sedikit sede-kah uang kepada mereka.
Dengan pakaian kusam, kumal dan kotor membungkus badan mereka dari terik panas matahari yang semakin lama semakin terasa pada kulit badan mereka, tidak membuat Indona dan sejumlah masyarakat sekampungnya mengurungkan niatnya mencari hagala dengan cara menyodorkan tangan kepada masyarakat.
Sambil menggendong anak kecinya yang setia mendampingi selama beberapa hari belakangan ini Indona yang ditemui Media Alkhairaat, kamis (26/08) menuturkan, dirinya dan orang di kampungnya selama bulan Ramadhan ini meninggalkan aktivitas seperti berkebun dan lain-lain. Hal itu hanya karena menurut dirinya penghasilan menjadi peminta-minta lebih besar dibanding bekerja di kebun.
"Keluarga kami hidupnya tidak berkecukupan, apalagi kebutuhan seperti, beras, minyak dan lain-lainnya tidak semuanya dapat dibeli kalau dengan hanya mengandalkan berkebun. Untuk itu saya dan anak saya juga mencari sendiri walaupun dengan membawa serta anak saya yang masih kecil,apalagi pekerjaan sebagai peminta ini telah dilakukan setiap mau lebaran," kata Indona yang tidak fasih berbahasa Indonesia ini.
Kepada media ini, dirinya mengatakan keterbatasan dan ketidak adanya keterampilan menjadi alasan mereka untuk menjadi peminta-minta. Kata dia menjelaskan selama lebaran ini, hampir semua warga Kalora dan daerah lain disekitar kaki gunung lainnya diakuinya turun gunung dan pergi menysuri daerah-daerah kota Palu untuk mencari hagala dengan salah satunya mengetuk pintu dari rumah ke rumah.
Wanita paruh baya ini mengaku tidak menyesali dan malu dengan pekerjaan yang digelutinya sekarang yakni sebagai pengemis atau peminta minta, dan dirinya tidak menyesal mengikut sertakan anaknya dalam kegiatan tersebut. Hal itu dikarenakan dengan adanya anaknya ikut serta, dipastikan orang yang memberi sedekah pasti menambah uang pemberiannya.
dari pantauan media ini, pengemis tersebut hampir rata-rata datang sambil mengikut sertakan anak atau kemenakan mereka. sungguh hal itu tampak sangat ironis karena disatu sisi undang-undang melarang anak di bawah umur untuk melakukan pekerjaan mencari nafkah, tapi disatu sisi lainnya tuntutan bagi orang tuanya untuk mengikut sertakan mereka agar mendapat penghasilan besar.
Olehnya, perhatian pemerintah dan masyarakat untuk mengentaskan persoalan kemiskinandi kota Palu harus selalu dan terus digalakan mengingat angka kemiskinan di kota Palu saat ini masih dikategorikan salah satu aderah miskin. Dan tentunya para masyarakat pencari hagala tersebut tidak terlalu dibiarkan berkeliaran di kota Palu.(Nandar)
Palu - Warga kelurahan Donggala Kodi Dusun Kalora Idona (46) bersama anaknya Sali (20) dan sejumlah masyarakat Kalora lainnya tampak duduk manis di trotoar lampu merah pertokoan jalan Hasanuddin, menunggu uluran tangan dan belas kasihan pengguna jalan yang melintas untuk memberikan sedikit sede-kah uang kepada mereka.
Dengan pakaian kusam, kumal dan kotor membungkus badan mereka dari terik panas matahari yang semakin lama semakin terasa pada kulit badan mereka, tidak membuat Indona dan sejumlah masyarakat sekampungnya mengurungkan niatnya mencari hagala dengan cara menyodorkan tangan kepada masyarakat.
Sambil menggendong anak kecinya yang setia mendampingi selama beberapa hari belakangan ini Indona yang ditemui Media Alkhairaat, kamis (26/08) menuturkan, dirinya dan orang di kampungnya selama bulan Ramadhan ini meninggalkan aktivitas seperti berkebun dan lain-lain. Hal itu hanya karena menurut dirinya penghasilan menjadi peminta-minta lebih besar dibanding bekerja di kebun.
"Keluarga kami hidupnya tidak berkecukupan, apalagi kebutuhan seperti, beras, minyak dan lain-lainnya tidak semuanya dapat dibeli kalau dengan hanya mengandalkan berkebun. Untuk itu saya dan anak saya juga mencari sendiri walaupun dengan membawa serta anak saya yang masih kecil,apalagi pekerjaan sebagai peminta ini telah dilakukan setiap mau lebaran," kata Indona yang tidak fasih berbahasa Indonesia ini.
Kepada media ini, dirinya mengatakan keterbatasan dan ketidak adanya keterampilan menjadi alasan mereka untuk menjadi peminta-minta. Kata dia menjelaskan selama lebaran ini, hampir semua warga Kalora dan daerah lain disekitar kaki gunung lainnya diakuinya turun gunung dan pergi menysuri daerah-daerah kota Palu untuk mencari hagala dengan salah satunya mengetuk pintu dari rumah ke rumah.
Wanita paruh baya ini mengaku tidak menyesali dan malu dengan pekerjaan yang digelutinya sekarang yakni sebagai pengemis atau peminta minta, dan dirinya tidak menyesal mengikut sertakan anaknya dalam kegiatan tersebut. Hal itu dikarenakan dengan adanya anaknya ikut serta, dipastikan orang yang memberi sedekah pasti menambah uang pemberiannya.
dari pantauan media ini, pengemis tersebut hampir rata-rata datang sambil mengikut sertakan anak atau kemenakan mereka. sungguh hal itu tampak sangat ironis karena disatu sisi undang-undang melarang anak di bawah umur untuk melakukan pekerjaan mencari nafkah, tapi disatu sisi lainnya tuntutan bagi orang tuanya untuk mengikut sertakan mereka agar mendapat penghasilan besar.
Olehnya, perhatian pemerintah dan masyarakat untuk mengentaskan persoalan kemiskinandi kota Palu harus selalu dan terus digalakan mengingat angka kemiskinan di kota Palu saat ini masih dikategorikan salah satu aderah miskin. Dan tentunya para masyarakat pencari hagala tersebut tidak terlalu dibiarkan berkeliaran di kota Palu.(Nandar)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dwi Ningsih Andryani. Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
0 komentar:
Posting Komentar